Home »
» Tukang bubur naik Haji di desa Miagan (desa kami)
Tukang bubur naik Haji di desa Miagan (desa kami)
Posted by Bagus Sulaks
Posted on Minggu, Januari 26, 2014
with No comments
Hari Rabu lalu saya bertemu dengan seseorang yang cukup memberikan inspiratif bagi saya, karena usahanya dalam mengumpulkan pundi-pundi finansial untuk mendaftar Haji dengan istrinya. Beliau adalah bapak Marsai, berumur 55 tahun, profesi sebagai penjual bubur sejak tahun 1988 sd sekarang.
Berbicara Haji tentu tidaklah asing ditelinga kita apalagi bagi umat islam, tetapi sebenarnya cukup menarik adalah proses dalam mengumpulkan (uang), mendaftar sampai saat haji itu sendiri. Karena ibadah haji itu adalah panggilan Allah, kebanyakan dari setiap orang memiliki cerita yang unik dan berbeda ketika mendaftar haji. Alhamdulillah, semakin lama banyak orang berbondong-bondong untuk mendaftarkan haji. Hal ini terbukti dengan lamanya pendaftar dalam pemberangkatan haji, semisal waktu daftar sekarang ternyata kurang lebih 13 tahun yang akan datang baru bisa berangkat, Subhanallah.
Untuk pergi ketanah suci memang diperlukan syarat dan ketentuan berlaku, diantaranya yaitu harus mampu. Nah bicara mampu tentu akhirnya kembali ke pribadi sendiri-sendiri. Pendapat para ahli mengatakan yang dimaksud mampu adalah mampu secara lahir dan batin.
Sahabat saya banyak meminta pengalaman beliau untuk menceritakan bagaimana perjuangannya hingga bisa mendaftar haji. Beliau menjual bubur keliling memakai rombong dengan harga per mangkoknya 1.500 rupiah, segmen pasar beliau adalah anak-anak SD. Dari saya kecil hingga sekarang ini beliau cukup istiqomah dalam menjalani rutinitasnya sebagai penjual bubur. Saya tanya berapa omzet penjualan perhari, dengan sederhananya dijawab jarang saya hitung yang penting cukup mas. (langsung saya senyum deh ^_^)
Sepertinya bukan omzet penjualan yang penting untuk pergi haji melainkan dari NIAT & KEYAKINAN dulu kata beliau. Dulu saya niat tetapi tidak yakin karena mana mungkin seperti saya bisa mendaftar haji. Tetapi setelah mengikuti pengajian-pengajian rutin, pikiran saya menjadi lebih terbuka bahwa kita memiliki Allah. Saat itulah saya memiliki NIAT & YAKIN cukup besar demi bisa mendaftar haji, walau juga harus menghidupi istri & 4 anak saya. Selama kita punya Niat & yakin pasti nanti Allah akan membantu mencukupi kekurangan kita. (jadi speachleees deh jadinya saya...)
Prinsip hidup beliau dengan istrinya adalah kesederhanaan, tidak malu dan pantang menyerah dan ia pegang betul dalil “Was tainu bi sobri wa sholah, wa inaha lakabirotun illa ala khosyiin” (Mintalah pertolongan dengan sabar & sholat, dan sesunggungguhnya sangat sulit kecuali bagi orang-orang yang kusyuk).
Tampak cerah dan segar di wajah beliau, sungguh tampak sujud ada diwajah beliau, hmmm menyejukkan untuk dipandang. Sahabat ini sekilas perjalanan seorang hamba Allah yang merindukan sang Pencipta. Sekarang bagaimana dengan ANDA....& kita semua, masihkah kita menyalahkan pekerjaan kita hari ini. Selama ada niat pasti ada jalan. Semoga cerita ini bermanfaat & maaf bila ada tulisan yg menyinggung perasaan pembaca. Mari berjuang bersama.
Salam Perjuangan...
Sukses untuk kita semua, amin
Mampir ke catatan FB (Klik Sini)
0 komentar:
Posting Komentar